Wednesday, August 10, 2011

Pride vs Dignity

(10 Aug 2011)

Dari kamus Merriam-Webster, pengertian ‘Pride’ alias harga diri ternyata adalah semacam kebanggaan atau  rasa senang yang muncul karena kepemilikan/ tindakan/ perbuatan . Sedangkan ‘Dignity’  atau martabat  berarti sebuah keadaan atau kualitas yang layak dihormati/ terhormat.

Manusia pada umumnya memiliki pengendalian diri yang sangat kuat dalam hal mengekspresikan kondisi batiniahnya, sehingga perbedaan Pride dengan Dignity itu menjadi tak begitu jelas. Saking kaburnya batasan antara keduanya , saya yakin bahwa kita sendiri terkadang tak bisa membedakan saat kita berada dalam situasi yang inheren dengan pengertian tersebut.

Nelson Mandela, pejuang hebat kemanusiaan dan pemimpin Afrika Selatan pernah ditanya oleh wartawan, “ Madiba (panggilan akrab Mandela), mengapa anda begitu kuat selama puluhan tahun di Penjara dan tak pernah berhenti berjuang untuk menghapus apartheid dari Afrika Selatan, kemudian saat anda bebas dan menjadi pemimpin anda tidak berfikir untuk membalas dendam? Padahal anda disiksa, dilecehkan, dan hampir semua yang anda miliki direnggut? Apakah harga diri anda tidak terganggu dengan itu semua?”.
Mandela hanya tersenyum dan berkata “I am the captain of my soul, commander of my destiny, and a master of my dignity”.

Salah satu bagian dari lirik lagu Greatest Love of All (George Benson) berbunyi: “No matter what they take from me, they can’t take away my dignity” , menurut saya memperjelas batasan diantara keduanya. Saat orang lain memperlakukan kita dengan buruk, merendahkan, atau mengambil sesuatu yang harusnya menjadi hak kita, sesungguhnya yang terusik itu adalah harga diri – dan bukan martabat kita. Martabat itu sesuatu yang melekat karena pembawaan kepribadian atau karakter dasar manusia. Sedangkan harga diri, an sich hanyalah berupa respons atas gangguan terhadap garis-garis batas dari martabat itu yang sebenarnya secara sadar atau tidak – kita buat untuk dan atas dasar kesenangan kita sendiri.

Kita, sebagaimana Mandela, adalah makhluk Tuhan dengan derajat tertinggi di muka bumi ini. Dan semua manusia dilahirkan secara bermartabat - setidaknya bagi diri sendiri. Manusia memiliki kemampuan untuk memilih respons apa yang harus diambil saat harga diri kita terusik, namun respons itu tidak selayaknya mengurangi martabat yang kita miliki.

Kawan-kawan, kita semua masing-masing adalah sang kapten bagi jiwa kita, komandan dari takdir kita, dan majikan dari martabat kita.

Bertahanlah.

No comments:

Post a Comment