Saturday, August 06, 2011

Luka dan Bekasnya

(14 Maret 2011)
Sebuah luka, tetaplah sebuah luka meski ia telah mengering. Kadang dalam proses pengeringannya yang lama itupun kita tetap menyebutnya “luka”. Dan bekasnya akan tetap ada sampai kulit kita keriput menua, tetap menempel setia hingga jasad dimakan renik ketika ia harus bersatu dengan tanah…
Kuakui, entah karena telah begitu terlatih menahan rasa sakit. Atau hanya karena mati rasa saja, sesaat luka itu seakan tak ada. Meski ia benar-benar menganga, dan tak terhindari….padahal normalnya harusnya sakit luar biasa.
Demi menampik kenyataan ia memiliki bekas luka sebagian orang pergi ke dokter kulit, melakukan bedah plastik, atau sekedar mengolesinya dengan madu dan aneka krim penyamar noda…. Tapi pada hakikatnya, bekas luka itu sesungguhnya tetap ada, ia hanya hidden …. The pain is undercover!
Sebagian lagi tetap membiarkan luka itu mengering sendiri, dan akhirnya meninggaslkan codet besar di dahi, bagai bekas luka Harry Potter akibat kutukan Lord Voldemort. Mungkin ia ingin membuangnya tapi tak mampu, atau mungkin saja bahwa ia memang menyukai bekas luka itu karena kenangan mendapatkannya sungguh patut diingat.
Aneh bukan? Bahwa setiap bekas luka di tubuh dan terutama hati kita memiliki kisahnya sendiri. Ada yang disebabkan kecelakaan saja, tapi lebih banyak lagi biasanya hanya akibat kebodohan, kelalaian, dan ketidakmampuan belajar dari bekas luka sebelumnya.

No comments:

Post a Comment