Thursday, August 25, 2011
Memories With Lightyears & Dharmapraja Band
Lightyears_Iqbal_Georgy Porgy.mp3
Lightyears_Iqbal_Love Games.mp3
Lightyears_Iqbal_Misty.mp3
Lightyears_Si2l_Aku Malu.mp3
Lightyears_Si2l_Day By Day.mp3
Lightyears_Si2l_For Sentimental Reason.mp3
Lightyears_Si2l_Route66.mp3
Lightyears_Susan_Baby You're Mine.mp3
Lightyears_Susan_Give Me One Reason.mp3
Lightyears_Susan_Smooth Operator.mp3
Track 1-Siapa Ampun Larangan.mp3
Track 2-Lalan Sisip.mp3
Track 3-Karindangan.mp3
Track 4-Halin.mp3
Track 5-Sanja Kuning.mp3
Track 6-Baras Kuning.mp3
Track 7-Esok Kan Masih Ada P'Mohandas.mp3
Track 8-Spain.mp3
Thursday, August 18, 2011
Life Potion No 9
Thursday, August 11, 2011
Wednesday, August 10, 2011
Pride vs Dignity
Sunday, August 07, 2011
Komitmen
Saturday, August 06, 2011
Winners, Losers, and the Survivors
(Morning Briefing 28 Juli 2011 – by Iqbal )
Anda tidak akan penah benar-benar kalah sampai saat anda berhenti mencoba untuk menang. Demikian kalimat yang diucapkan dan menjadi motto dari seorang mantan atasan saya. Entah ia mengutip dari mana, mungkin dari dialog film favoritnya, atau dari sebuah buku, atau bisa juga sebuah artikel di sebuah majalah yang dibacanya selama perjalanan udara. Entahlah, saya tidak terlalu tertarik untuk membicarakan sumbernya, saya hanya tahu kalimat itu tidak genuine dari pemikirannya – tidak, dia tak seorisinil itu.
Namun saya harus mengakui, bahwa kalimat motivasi itu mengandung level kebijakan tertentu yang berguna untuk mencerahkan kesadaran kita tentang betapa harusnya semua orang tidak pernah berhenti mencoba memperjuangkan setiap detik kehidupannya untuk menjadi seorang pemenang.
Saya kemudian berpikir, apakah sebuah kemenangan cukup? Apakah kemenangan demi kemenangan akan cukup? Bagaimana jika kita kalah? Apakah sebuah kekalahan tidak bisa diterima? Ataukah kekalahan demi kekalahan akan membuat jiwa pemenang kita tenggelam dan kemudian mati di lautan pecundang?
Sepanjang perjalanan pagi ini dari Banjarmasin ke Kuala Kapuas, saya menemukan percikan pemikiran, sebuah konsep genuine (menurut saya) tentang bagaimana kita mengklasifikasikan diri kita dalam kompetisi kehidupan.
Kita mestinya mengklasifikasikan manusia menjadi 3 (tiga) tipe :
- Winners, para pemenang
- Losers, para pecundang
- Survivors, orang-orang yang selamat
Winners, selalu haus akan kemenangan. Ungkapan Plato tentang homo homoni lupus (manusia adalah serigala bagi manusia lainnya) sangat tepat untuk orang ini. Ia tak pernah mau kalah, tak mau berhenti berprestasi, selalu berusaha dengan usaha terbaik dan menginginkan hasil terbaik. Dan biasanya, hanya itulah yang ia dapatkan, menang dan menang.
Losers, tak pernah menginginkan kemenangan. Ia tak memiliki cukup kepercayaan kepada diri sendiri, tak percaya pada teman-teman satu tim, bahkan lebih celaka lagi, ia tak benar-benar percaya pada eksistensi KeTuhanan. Ia selalu menyalahkan orang lain atau kondisi alam atas segala kegagalan yang harus ia hadapi. Tipe manusia pecundang seperti ini, tak lain dan tak bukan – sepanjang ia tidak merubah mindset dan terus menerus memancarkan aura negatif, hanya akan menjadi parasit sepanjang hidupnya. Tak butuh orang pintar untuk tahu bahwa tipe seperti ini tidaklah bermanfaat untuk dibahas sekalipun.
Tipe ketiga adalah SURVIVORS, tipe orang yang selamat dari kondisi apapun. Di medan perang, ia mungkin tak menembak mati musuhnya – atau melakukan aksi heroik yang membuatnya dapat bintang jasa, tapi usai perang bisa pulang kerumah tanpa cacat fisik maupun mental. Saat mengalami kemenangan ia akan menikmatinya secukupnya karena sangat memahami bahwa kemenangan bukanlah sesuatu yang abadi. Saat mengalami kekalahan, ia akan berupaya untuk bangkit selekas mungkin dari keterpurukan – lagi-lagi karena ia sangat memahami bahwa kekalahan itu tidaklah permanen.
Saya tidak berharap kalian selalu menjadi Winners, saya sangat berharap kalian jadi Survivors! Survivors bisa bertahan dalam situasi seburuk apapun, ia tidak mabuk oleh kesenangan, dan tidak pernah larut dalam kesedihan atau kegagalan.
Saat membaca Memo Dinas terbaru tentang perubahan kebijakan suku bunga, reaksi otak saya mungkin sama seperti kalian para marketing : ”Busyet, parah nih .... gimana mau jualan?, gimana caranya capai target? ”.
Alih-alih larut dalam kekecewaan dan kekhawatiran, saya mengajak kalian semua untuk bangkit dan berdiri tegak, kemudian mengingatkan diri kita masing-masing bahwa kita semua adalah Survivors. Perubahan kadang tak menyenangkan, tapi jika itu harus terjadi maka buatlah diri kita dalam posisi senyaman mungkin sehingga kita tidak mati konyol dilindas oleh perubahan itu.
Mari melihat kedepan dengan pandangan lebih jernih, niscaya selalu ada kesempatan untuk menaklukkan keadaan
Saya yakin kita bisa, karena kita semua adalah para Survivors.
Serangan Fajar
Luka dan Bekasnya
Friday, August 05, 2011
In Peace or War
It's Funny
(15 March 2011)
It’s funny
Saat tadi pagi aku terima telepon dari seseorang yang sungguh berarti di masa lalu
Bertahun-tahun bersama dan membagi suka duka, lalu akhirnya hanya ada suka baginya dan duka bagiku….
“Selamat ulang tahun” teriaknya dari seberang sana, terdengar excited
Tapi, it’s funny, aku tahu sesungguhnya ia tak se-excited itu, kenapa?
Karena setelah ucapan itu tak ada lagi statement berarti daripada sekedar basa-basi,
it’s over for us anyway… pikirku. I already close the door and won’t let it open again in this life. Hmm…
It’s funny
Ketika pagi-pagi teman2 di kantor ngumpul di hall dan bertepuk tangan saat kutiup lilin diatas cake coklat yang tampak mengundang gairah sekaligus paranoia-ku terhadap makanan manis berlumur coklat
Hampir tak kurasakan apapun terkecuali keinginan untuk segera mengakhiri pertemuan non formal itu…
Maafkan aku teman-teman, aku suka melakukannya untuk orang lain, tapi ternyata tak kunikmati untuk diriku sendiri…..
It’s funny
Ketika membuka FB, BBM, E-mail, dan SMS ada ratusan ucapan selamat dan doa yang terus menerjang seperti tsunami berbaur badai Katrina… dan aku, seperti biasa, merasa bertanggung jawab untuk membalasnya satu demi satu, tak memilah-milah, dan membuat kalimat-kalimat STD tanpa melibatkan hatiku dalam proses itu, betapa hambarnya – batinku, seperti roman murahan tak berjiwa, tanpa romantisme, sangat bukan diriku…
Its funny
Bahwa ternyata yang jadi serpihan terpenting sepanjang hari ini adalah dua buah surat bernada rada-rada lebay dari Jordy dan Jordan, kedua lelaki kecil yang kubesarkan tapi lebih sering kuperlakukan seperti teman, dengan segala keterbatasan mereka sebagai anak-anak , menulis surat singkat ini :
Jordy : For my lovely Dad – Happy Birthday my Dad, I hope you will be a nice and smart dad, and be nice to your wife, I love you.
Jordan : Selamat ulang tahun Papah, aku minta maaf kalau ada kesalahan. Aku harap Papah akan menjadi orang yang baik, dan pengetahuan papah bertambah. Terima kasih telah membesarkan aku menjadi anak yang pintar. Tanpa Papah aku merasakan dunia seperti neraka. Selamat Ulang Tahun dari anak papah – Jordan.
Andai kedua surat ini dari orang lain, sudah jelas aku kritik habis-habisan, karena selain mengandung harapan, seluruhnya merupakan kalimat asal bikin yang jika sekretarisku melakukan itu niscaya membuatku merasa harus minum antihistamin akibat alergi.
It’s funny, karena dari kedua surat itulah justru kurasakan romantisme, kasih sayang, dan ketulusan.
It’s funny.
For just a moment
And we love …. right down to our last goodbye
We were the best, I think we'll ever be
Just you and me, for just a moment
And sometimes we let one another down
But the love we made,
Made everything alright
We shone so bright
For just a moment
People touch and they're gone
And you and I will never love again
Like we did then…..