Friday, August 05, 2011

In Peace or War

(15 MARET 2011)
Mataku berkabut dinihari ini, iseng-iseng duduk diberanda samping rumah seraya memetik gitar dengan pelan dan bernyanyi dalam hati :
Smile though your heart is aching, smile eventhough it’s breaking…… , imajinasiku melayang dari satu dimensi ke dimensi lain, menembus ruang, waktu, dan pemahaman.
Entah kenapa beberapa hari ini jadi begitu sentimentil buatku meski tak begitu yakin harus merasa seperti itu. Apakah karena merambatnya usia, apakah karena lelah menangisi waktu yang terbuang sia-sia, ataukah sekedar mengingatkan diri bahwa selama kita masih bernafas – selama itu pula kita selalu bergulat dengan pilihan-pilihan?
Dalam setiap interaksi dengan manusia, selalu ada situasi dimana kita merasa diuntungkan- dirugikan, menang- kalah, gembira dan sengsara. Tidak semua situasi dapat diantisipasi, terutama yang menyangkut soal hati. Terlalu banyak bukti bahwa setiap keping hati memiliki dimensi yang tidak segaris dengan kemampuan manusia untuk bersikap serupa. Hal seperti ini terlalu rumit untuk dimengerti.
Kita menjalani peperangan hidup dengan komando keinginan dan harapan. Agresivitas kita dalam mengejar keduanya akan menentukan arah perang, tentu saja ada proses melukai – dilukai, atau malah terbunuh di tengah-tengahnya. Apakah yang sebenarnya kita perebutkan? Apakah kebahagiaan? Bukankah kata Confucius , kebahagiaan itu semakin dikejar akan semakin jauh dari rengkuhan?
Dinihari merambat menuju fajar, petikan gitarku mulai tidak inline dengan lagu semestinya. Mungkin aku mulai kelelahan memikirkan pertempuran-pertempuran berikutnya. Teringat kata-kata almarhum ayahku dulu, tidak mengapa jika akhirnya harus kalah. Yang terpenting adalah siapa orang yang ada di sampingmu, yang bersedia bertempur, tertawa, dan menangis bersamamu , baik dalam perang atau masa damai.

No comments:

Post a Comment